
Captain Jack bukan lagi nama, bukan lagi logo keren, atau band - ‘Captain Jack is our home’
Mengikuti perjalanan karir Captain Jack
seperti membuka sebuah buku komik dengan banyak petualangan seru dari
sang Captain yang tidak henti-henti membuat penasaran pembaca. Namun
berbeda dari kisah bajak laut Jack Sparrow yang selalu bermasalah di
setiap tempat dia terdampar, Captain Jack menyajikan petualangan
mengejar mimpi.
Aksi Mengejar Mimpi
Mereka tumbuh dewasa dengan mengalami
beragam dinamika dan perubahan, baik karena faktor internal maupun
eksternal. Ibarat baja stainless, sayap pelantun Kupu-Kupu Baja
juga telah ditempa oleh palu baja selama 13 tahun lamanya, dan tempaan
itulah yang menjadikan mereka seperti sekarang. Proses yang tidak bisa
dibilang singkat dalam menyatukan hati, emosi, pengalaman hidup, serta
keinginan untuk berjalan bersama di dalam proses kreativitas dunia seni,
akhirnya menjadi alasan bagi Andi Babon, Surya Ismeth, Zuhdil H.K,
Novan Maltuvanie, dan Momo untuk bersama-sama mengejar mimpi mereka. Dan
kurang lebih telah terhitung waktu 13 tahun sejak mereka memutuskan
untuk menjadikan Captain Jack mimpi nyata bagi mereka di tahun 1999.

“Empat orang dari kami sudah berteman sejak lama. Kalau bisa dibilang frontal, dari umur dimana kami semua masih ngompol kami sudah saling mengenal sampai kemudian kami beranjak jadi pemuda-pemuda yang marah dengan situasi sekarang. Coba, siapa yang tidak terpancing marah dalam situasi negara kita sekarang ?” ujar Momo cs.
Hingga pada akhirnya, pemuda-pemuda itu
memutuskan untuk hijrah dari sebuah kota kecil di Kalimantan ke
Yogyakarta. Banyak hal baru mereka temukan dan hadapi di kota yang
terbilang belum pernah mereka datangi sebelumnya. Namun tanpa sengaja
pula mereka bertemu dengan satu orang teman baru dengan kesamaan
cita-cita, visi, dan impian. “Dan pastinya dia juga suka marah-marah
seperti kami. Jadi marah berjama’ah kita semua di Jogja,” lanjut Novan
sambil tertawa.
Banyak rencana di kepala yang seakan
sudah tidak lagi terbendung. Emosi yang tercampur membuat mereka ingin
“meracuni” lebih banyak orang untuk bisa lebih marah pada situasi yang
makin lama kian memburuk sehingga “racun” serta “kemarahan” yang mereka
sebarkan mampu memancing orang-orang untuk berbuat sesuatu yang lebih
baik. “And finally, here we are…Captain Jack...!!!!!”
“We aren’t the fans of Jack Sparrow not even Captain America !
Kami pun merasa tidak ada arti khusus sebenarnya mengapa kami memilih
nama “Captain Jack”. Kami tidak punya filosofi apapun dengan nama yang
kami pakai. Waktu itu juga kami hanya merasa nama jelek ini benar-benar
datang entah dari mana, namun terdengar cukup aneh dan sekilas mampu
mencuri perhatian orang. Itu saja yang kami rasa. Lagipula, apalah arti
sebuah nama ?” lanjut Andi yang lebih familiar dipanggil Babon oleh
rekan-rekannya.
Andi Babon juga melanjutkan bahwa saat
itu mereka cukup optimis dengan apa yang mereka punya, terutama logo.
Bagi mereka, logo Captain Jack itu keren, jadi walau namanya aneh atau
dianggap terlalu kanak-kanak, juga tidak terlalu mereka ambil pusing.
“Just let’s stick up and go with the flow, who care with people’s
negative mind anyway”.
0 komentar:
Post a Comment